[Best Moment 2016] I AM JEALOUS!



Orang yang membuat saya cemburu adalah Ofi Sofyan Gumelar! Bukan karena dia lebih ganteng dari saya, tapi karena sudah beberapa kali dia share di akun facebook-nya kalau dia berhasil memenangkan sebuah blog competition. Well, sebagai teman -tepatnya kakak tingkat- waktu kuliah di UPI, saya ikut senang dan bangga, ternyata adik tingkat saya ini memiliki keterampilan lain di luar kimia, yang tentu sejalan dengan saya -saya baru tahu kalau Ofi suka nulis, sejak muncul share artikel dia di media sosial-. Penasaran, saya klik link-nya, saya baca artikelnya -yang memang bagus- dan tak bisa saya pungkiri, seketika otak saya membentur sebuah kata yang belum familiar bagi sistem pengetahuan dalam pikiran saya: Kompasiana. Apaan sih? Kok Ofi jadi pemenang di situ?

Saya pun mulai kepo, dan langsung nyari informasi, apa sih Kompasiana? Dari penelurusan artikel dia yang saya klik, dan juga dari bantuan mbah Google, akhirnya saya tahu, kalau Kompasiana adalah sebuah platform menulis bagi siapa saja yang hobi menulis dan ingin bergabung, mereka menyebutnya media warga (citizen media). Di sini, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video (sumber: Wikipedia). Serupa orang kelaparan, saya lahap semua informasi itu dengan rakus. Semakin penasaran, lantas saya masuk, buka-buka, keliling-keliling, ngubek-ngubek semua kanal yang ada. Dan saya pun tenggelam dalam ribuan artikel kece yang berhasil membuat mata saya melotot dengan bibir melongo. Saya hanya bengong menatap layar komputer, its amazing!

Saya mulai merasakan ada letupan kecil dalam dada, ada desir dalam aliran darah, dan ada hasrat yang berdebar! Kalau Ofi bisa, kenapa saya tidak? Menulis adalah hobi saya sejak SMP, meski belum serius, setidaknya sudah ada beberapa tulisan saya yang menghiasi media (termasuk majalah dinding atau majalah kampus). Berbekal pengalaman itu, saya yakin untuk bergabung menjadi Kompasianer, sebagai satu-satunya cara bisa berkontribusi di sana.

Tanpa membuang waktu, saya segera melakukan registrasi. Saya ikuti tahapannya, dan ternyata gagal, tidak bisa login, selalu mentok di validasi, atau apalah, gak ngerti. Tapi saya tidak menyerah, saya coba lagi dan lagi, sampai berkali-kali ganti email, dan tetap belum berhasil. Selalu mentok ditahapan yang sama, ‘Selamat datang kompasianer, silahkan isi nick name untuk registrasi’. Aaah! Kesal. Amarah pun mulai menjalar, dan sukses melemahkan akal. Ujung-ujungnya saya menyerah, sudahlah....

Namun keinginan untuk join di Kompasiana belum sepenuhnya hilang. Dalam satu kesempatan, saya mencoba lagi, saya cari tutorialnya, dan ternyata banyak artikel yang membahas tentang itu, saya pilih artikel yang dilengkapi video step by step di youtube. Saya pikir, akan lebih mudah diikuti, dan peluang berhasil akan lebih besar, but you know? Saya tetap gagal. Huh! Ternyata untuk mendaftar di Kompasiana tidak semudah yang saya bayangkan, saya tidak tahu kesalahannya dimana? Jujur, pengetahuan saya tentang internet dan pemrograman masih sangat kurang, mungkin karena faktor U juga, hingga otak saya tidak bisa lagi mencerna dengan cepat. Hmmmh, lagi-lagi saya harus menghela nafas dalam-dalam. Masih belum mengaku kalah, saya kirim twit pada akun twitter @Kompasiana, saya curhat habis-habisan dan memohon diberi pencerahan tentang problem yang saya alami. Dan seiring waktu berlalu, tidak ada satu pun balasan yang saya terima! Semakin tertutuplah pintu untuk saya bergabung. Oke, jika memang Kompasiana tidak mau menerima saya, tidak apa-apa, masih banyak tempat lain untuk menulis. Dan saya putuskan menyerah, lupakan keinginan menjadi Kompasianer.

Entahlah, suatu hari, tiba-tiba terbersit untuk mengirim pesan via facebook kepada sahabat saya, Irma Tri Handayani -kami biasa memanggilnya Imay- dia juga sudah menjadi Kompasianer yang cukup aktif dengan URL Profil: langitmiyu -saya juga sering membaca postingannya yang dia share di facebook- untuk meminta dibuatkan akun Kompasiana. Dan jawabannya, tidak terlalu meyakinkan, karena akunnya dia pun tidak dibuat sendiri, tapi dibuatkan Ofi. Ah, haruskah saya merepotkannya lagi?

Namun ternyata, Ofi memang mau direpotkan. Suatu hari ada pesan masuk ke inbok saya, yang berisi bahwa akun Kompasiana saya sudah siap, tinggal diatur sana-sini, lengkapi data dan ganti foto profil, lengkap dengan tutorial step by step beserta gambarnya. Detil dan jelas. Namun bayang-bayang kegagalan di waktu lalu, membuat saya tidak begitu bergairah, saya takut tidak bisa mengikuti yang akhirnya berujung pada kegagalan lagi, dan semakin membenamkan saya pada jurang keputusasaan yang dalam. Setidaknya saya harus menyiapkan mental jika hal itu benar-benar terjadi. Alhasil, untuk beberapa lama pesan itu terabaikan. Maaf Ofi, tapi saya masih ‘trauma’.

Lagi-lagi, Imay yang mengingatkan saya, “Kok belum nulis di Kompasiana?” dan seperti tersengat aliran listrik, semua sistem di tubuh saya terkoneksi pada satu impuls, ini saatnya untuk mencoba lagi. Ok, saya buka lagi inbok dari Ofi, saya copy-paste ke dalam format word, saya download gambarnya satu persatu, saya pelajari dengan seksama, lalu saya buka web Kompasiana dan saya terapkan petunjuknya di situ, persis seperti yang sedang belajar masak sambil baca buku resep, buka-tutup, buka lagi, terus saja sampai selesai. And finally, complete! Saya melihat nama saya tertulis di sana, bersama satu ruang kosong yang bisa saya isi dengan beragam tulisan. Berhasil... berhasil.... yeah...! (Dora mode on). Tawa yang langsung berderai dan tangan yang refleks menari-nari menjadi ekspresi kemenangan saya, sambil sesekali meneriakkan Yess... yess... yess! Untung saja tidak ada orang lain yang melihat. Tak lupa saya pun bersyukur. Alhamdulillah. Lega banget rasanya, seperti terbebas dari himpitan beban hidup yang menyiksa. Hehe... (tuh kan saya sudah bisa tersenyum, hehe).

Tak sabar saya pun ingin segera mencoba, dan untuk post pertama, saya mengirim sebuah cerpen, yang berjudul ‘Lembayung di Langit Pondok’ cerpen yang sudah ada di file komputer saya. Stok. Ternyata sukses, saya sudah bisa melihat karya saya nangkring di Kompasiana. Wow! Saya pun langsung share di facebook dan mengabarkan pada dua orang senior saya di Kompasiana, kalau saya sudah bisa posting. Saya merasakan ada aura yang beda ketika membaca karya saya di sana. Seperti ada kepuasan yang membuat senyum-senyum sendiri. Hihi. Tentu mereka menyambut saya dengan antusias, dan semakin menambah semangat untuk terus eksis.

Di Kompasiana, kita bisa tahu berapa orang yang sudah membaca karya kita, dan ini seru, membuat hati jadi dag dig dug, apakah tulisan kita dibaca orang? –atau mungkin karena baru pertama posting?- Ah, tapi mengapa jari ini selalu ingin mengetik alamat web Kompasiana di halaman awal pencarian? Dan selalu ingin melihat berapa orang yang sudah mampir ke akun saya? Sepuluh, dua puluh, tiga puluh, rasanya semakin kencang degup jantung saya, terlebih ketika menyentuh angka seratus, waah... cerpen saya dibaca oleh seratus orang lebih! Mudah-mudahan akan terus bertambah, aamiin). Bagi para senior yang sudah malang-melintang di Kompasiana, mungkin bukanlah apa-apa, tapi bagi saya yang newbie, ini sebuah apresiasi dan ucapan selamat datang yang luar biasa! Terlebih dengan predikat menarik dari seorang pembaca dan juga masuk ke dalam label pilihan versi admin. Its really amazing!

Terang saja, momen ini sangat berkesan bagi saya. Sebuah pengalaman yang luar biasa dalam dunia literasi yang saya jalani. Dan saya yakin, ke depannya akan lebih banyak lagi pengalaman seru yang akan saya dapatkan bersama Kompasiana. Terima kasih Ofi, terima kasih Imay sudah support saya dan selalu membantu saya. Terima kasih Kompasiana, sudah menerima saya untuk bergabung. Dan saya siap untuk terus belajar, mohon saran dan bimbingannya selalu.

Oiya, satu hal yang sempat membuat saya kembali down, setelah berhasil posting yang pertama, saya sempat tutup akun, bukan logout, karena ada keperluan yang membuat saya harus mematikan komputer. Dan kejadiannya adalah ketika hendak masuk kembali, akun Kompasiana saya tidak bisa dibuka, saya hanya berdiri di halaman dengan pintu yang seolah terkunci, berkali-kali saya menggedor, meminta masuk, tetap saja tidak dibuka. Saya bingung, kenapa? Di blok-kah? Tapi kenapa? Apakah saya telah melakukan kesalahan? Lantas apa kesalahannya?

Geming. Tak ada jawaban apapun yang saya dapat, pun ketika saya kembali mengirim twit ke akun @Kompasiana. Apakah ini berarti kesempatan saya menulis di Kompasiana hanya sampai disini?

Error.
The page isn’t redirecting properly.
Firefox has detected that the server is redirecting the request for this address in a way that will never complete. This problem can sometimes be caused by disabling or refusing to accept cookies.

Begitu kata firefox, ketika saya mencoba masuk. Error! Ternyata perjalanan saya di Kompasiana tidak mulus. Panik? Sudah tentu, karena belum genap 24 jam saya join, tapi harus berakhir. Sedih. Dan sikap sok tahu saya yang akhirnya bisa membuka gembok itu, ternyata masalahnya ada di cookie, untungnya ada tutorial yang menjelaskan tata cara menghapus cookie. Saya ikuti dan berhasil, hingga saya bisa posting artikel selanjutnya.

Dan, keajaiban pun kembali menghampiri, ketika tanggal 29 Desember kemarin, cerpen saya yang berjudul ‘Pertemuan Dua Jam’ berhasil masuk menjadi Headline. Aahh, senangnya... seolah mendapat pengakuan dari Kompasiana. Hehe. Saya menganggapnya sebagai kado akhir tahun terindah. Saya berharap, semoga ke depan semua berjalan lancar, tidak ada lagi kendala yang menghadang. Bravo Kompasiana! Senang bisa bergabung dan menjadi bagian darimu.
SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

5 komentar:

  1. keren banget momentnya bersama Kompasiana Mas...kok gak diposting di Kompasiana aja tulisan ini...

    Selamat yaaa...

    BalasHapus
  2. Hehe, makasih Bu. Biar blog saya juga ada pengunjungnya, hehe.

    BalasHapus
  3. hahha mantap neh :D
    aiihh, coba waktu itu nanya ane, dalam setengah jam insyaAllah bisa ane bikinin akunnye hehe

    BalasHapus
  4. Wahh, serius Bang. Masalahnye dulu pan kite belum kenal, hehe. Btw, makasih ye udah mampir ke blog ane. Hehe.

    BalasHapus