(BLUSUKAN) KE CURUG CIMANDAWAY


Blusukan? Ah, kaya pejabat saja. Hehe. Ini juga bukan meninjau-meninjau apalah, dan tentu tidak ada rakyat yang saya tinggal kabur, apaan sih? Plaak! Hahaha....

Hanya memuaskan rasa penasaran saja, tentang cerita seorang teman, katanya di daerah Dayeuh Luhur-Cilacap, ada sebuah curug (air terjun) yang cantik, menarik, indah mempesona, bernama Curug Cimandaway. Saya yang hobi banget jalan-jalan, merasa harus datang ke sana untuk melihat sendiri keindahannya, dan tanpa banyak pertimbangan, saya pun segera melesat ke sana.

Kali ini saya ditemani seorang rekan yang juga suka jalan-jalan, dan kebetulan sedikit tahu daerah yang dituju, bagi saya sebuah keuntungan, jadi tidak perlu was-was dan takut nyasar, hehe. Kita berangkat selepas pulang sekolah, so, jangan protes kalau kostum saya tidak sesuai dengan kegiatannya, hehe. 

Untuk menuju ke sana, kita mengikuti jalur Banjar arah ke Majenang, dan di pertigaan Mergo, tepatnya di pintu gerbang Kecamatan Dayeuh Luhur, kita berbelok dan masuk ke situ. Dari sinilah petualangan dimulai. 

Begitu masuk jalur, perkebunan karet yang cukup luas siap menyambut, berderet rapi di kiri-kanan jalan, membuat udara terasa sejuk, dan mata serasa dimanjakan oleh warna hijau dedaunan. Teduh dan adem. Kondisi jalan cukup baik, rata, dan juga lebar. Cuma sedikit berkelok-kelok dan bergelombang.

Lepas dari perkebunan karet, kita masuk area pemukiman, seperti desa pada umumnya, suasana akrab dan penduduk yang ramah, juga terasa di sini. Saya sempat berhenti untuk bertanya dan memastikan alur yang saya tapaki, apakah benar menuju ke Curug? Petunjuk arah sedikit sekali. Dan selama berinteraksi, saya tidak merasa seperti di tempat asing, bahkan sedikit tergugu, karena secara administratif daerah yang berada di wilayah Kabupaten Cilacap - Jawa Tengah ini, dalam percakapan sehari-harinya, penduduk biasa menggunakan bahasa sunda, dan terdengar fasih, dialeknya pun tidak terdengar medok, sudah seperti orang sunda saja. Kok bisa ya? Atau mungkin karena berada di perbatasan, jadi akulturasi budaya terlaksana dengan baik, atau mungkin juga penduduk di sana adalah keturunan sunda yang akhirnya menetap di daerah tersebut? Entahlah, saya tidak terlalu dalam bertanya mengenai itu, hehe, saya hanya berbisik dalam hati, ini sih daerah jawa rasa sunda. Keren.

Ternyata memang masih jauh, karena menurut perkiraan, jalur yang harus kita tempuh, dari pertigaan Mergo, sekitar dua puluh lima kilo meter, atau mungkin lebih. Namun panorama yang indah di sepanjang jalan, tidak akan membuat perjalanan terasa bosan, kita akan dimanjakan dengan deretan bukit yang menjulang kokoh, persawahan yang menghijau, kabut yang bergelantungan, dan nyanyian hewan - hewan yang begitu riang. Meski demikian, kewaspadaan dalam berkendara harus tetap di jaga, tanjakan dan turunan curam bukan hanya satu-dua kali kita temui, belum lagi tikungan tajam dan juga jalur yang membentuk huruf S, cukup banyak menghiasi. Untunglah kondisi jalan tetap terjaga baik, aspal, rata, salut deh untuk pemerintahan yang mengelolanya.

Barulah, di detik-detik akhir perjalanan, kita akan temui jalanan batu yang belum terbungkus aspal, tapi saya rasa komposisinya cukup padat dan kuat, tidak lepas-lepas, sehingga tidak perlu khawatir, namun tetap harus hati-hati. Di ujung jalan inilah pintu gerbang ke Curug berada. Yeee...!

Setelah berhenti sesaat di sebuah warung, sekalian membeli bekal, dan juga membeli karcis, saya mulai memasuki jalan setapak menuju curug, harus jalan kaki, karena kendaraan tidak bisa masuk. Sekilas, saya merasa pengelolaan tempat ini sudah cukup baik, jalan setapak menuju curug, sudah dilapisi cor (meski baru sebagian), dan diberi pegangan tangan dari besi pada bagian yang menurun. Fasilitas mushola dan toilet juga sudah tersedia, kondisinya baik dan layak digunakan, tempat sampah sangat mudah kita temui, jadi tidak ada alasan untuk tidak membuang sampah pada tempatnya (catet!). Secara umum kebersihan cukup terjaga. 


Saung-saung, tempat beristirahat sambil buka timbel (bekal) dibangun di pinggir jalan setapak. Ada juga wahana untuk outbond, panjat dinding dan flying fox, lengkap kan? Juga hutan pinus yang menaungi area ini, menambah cantik dan juga membuat kita betah untuk berlama-lama disana. Dari saung, curug sudah terlihat jelas, dan suara gemericik airnya sudah terdengar. 

Namun tak puas rasanya kalau tidak sampai di curugnya, saya pun melanjutkan perjalanan yang tinggal sedikit lagi, ah.... tidak sabar ingin segera menikmati segarnya air Curug Cimandaway. Tetap harus hati-hati, karena jalanan semakin curam dan licin.



Dan, akhirnya, saya bisa tiba di Curug. Di hadapan saya kini tebentang sebuah air terjun tertinggi di Kabupaten Cilacap, dengan total ketinggian sekitar 100 meter, namun yang terlihat hanya sekitar 75 m. Wooow...!. Masya Allah. Lupa deh, kalau tadi sempat ngos-ngosan, ngabisin air sebotol, dan banjir keringat. Curug ini mampu menghapus segala lelah yang sempat mendera. Sedikit yang disesalkan, karena kondisi sedng musim hujan, jadi air sungai tampak keruh, mungkin karena alirannya membawa lumpur yang berwarna coklat. Dan juga, untuk menjangkau lokasi curug, harus menyebrangi sungai yang cukup deras. Saya sedikit khawatir terseret arus, jadi dengan terpaksa hanya bisa menikmati dari sebrang sungai. Ah!.

Namun, secara keseluruhan, saya sangat puas dan senang bisa datang ke sini. Recomended lah bagi teman-teman yang senang jalan-jalan. Sekedar tips :
  1. Periksa kondisi kendaraan sebelum berangkat, medan yang naik-turun, berkelok-kelok, sangat membutuhkan kendaraan yang fit.
  2. Sebaiknya menggunakan kendaraan roda dua, agar bisa sampai di depan pintu masuk curug. Kalau dengan kendaraan roda empat, parkirnya sulit, dan jauh untuk menjangkau pintu masuk.
  3. Bagusnya tidak datang ketika hari hujan, kondisi air akan keruh dan alirannya deras, eksplorasi menjadi kurang maksimal.
  4. Bawa bekal, makanan dan air minum, timbel komplit pake lalap sambel, ah... dijamin nikmat.
  5. Siapkan kondisi fisik, jalan kaki menuju curug sekitar dua kilo meter, dengan track naik-turun. Untuk pulang-pergi tinggal dikali dua. Siap?.
  6. Gunakan sandal atau sepatu yang mendukung medan, saya pulang sekolah, pake pentopel, lumayan kesulitan untuk menyusuri jalannya,
  7. Tidak mengganggu atau merusak lokasi wisata.
  8. Tidak buang sampah sembarangan, tapi buang ditempat yang sudah disediakan.
Ok,  thanks for sharing. Dan selamat menjalani aktifitas sehari-hari. Jangan lupa piknik, biar gak panik... hehe. See You!. (Riepe)


 
SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar:

  1. Nah nah.. doyan blusukan juga nih...
    kapan join blusukan bareng cari CUrug

    BalasHapus
  2. hehe.... iya nih suka banget, haha.... kpn yu... boleh?

    BalasHapus