Berpikir.
Menerawang. Mengingat.
Kira-kira
hal apa yang bisa saya ceritakan untuk menaklukan tantangan hari ini. Ah, Kampus
Fiksi ada-ada aza, nih!
Mm.. Saya
sih cenderungnya easy going. Kalau
punya keinginan, atau cita-cita, seringnya ya maju aza, gak peduli orang-orang
mau ngomong apa? Kalau gagal, baru deh lambaikan tangan ke kamera. Nyerah.
Saya
pernah buka sejenis mini cafe, namanya Birha Corner. Semangat banget dong untuk
menjalankannya. Semua hal saya kerjain sendiri, dari mulai desain ruangan,
penataan, belanja, bikin menu dan lain-lain. Orang-orang terdekat mendukung,
meski menyayangkan, dan bernada pesimis. Kenapa
terburu-buru? Pertanyaan yang mereka lontarkan, karena waktu itu bersamaan
dengan saya bangun rumah. Saya hanya berpikir lebih cepat lebih baik.
Jelas
terasa banget capenya. Pikiran saya terbagi, antara rumah, cafe, mengajar dan
juga (belajar) menulis. Huh, waktu 24 jam sehari rasanya gak cukup. Pagi-pagi ke
sekolah, pulangnya ngecek kondisi cafe, belanja, dan lainnya. Pulang malam, gak
ada energi lagi untuk buka laptop. Padahal hasrat saya untuk menulis waktu itu,
sudah mulai menggeliat (kembali) setelah sekian lama tertidur lelap.
Saya ingin
semuanya berjalan beriringan. Namun, saya bukan Superman yang bisa melakukan
semuanya. Akhirnya saya menyerah. Saya serahkan cafe saya kepada Kakak Sepupu,
dan saya tetap mengajar, sambil mulai (belajar) menulis (lagi).
Menulis.
Aktifitas
yang menyenangkan untuk saya. Meski terkadang, saya merasa pusing sendiri,
dengan beebagai hal yang ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Secara, saya
tidak pernah mendapatkan materi menulis secara formal. Tidak pernah mengikui
kursus menulis secara khusus. Hanya pernah berkecimpung di majalah sekolah
sewaktu SMA.
Beruntung,
satu novel saya diterima oleh Penerbit Nuansa Aulia-Bandung, dan terbit pada
tahun 2007. Itulah yang membuat saya merasa yakin untuk menekuni hobby ini. Setidaknya
menulis untuk diri sendiri. Mengisi blog ini yang sudah lama terbengkalai. Kalau
ada yang baca dan bermanfaat ya syukur.
Bagi
saya, menulis ini serupa piknik. Membebaskan pikiran menjadi apapun.
Mengotak-atik kehidupan yang kita cipta melalui tokoh-tokoh imaji yang kita
pilih. Ah, suatu haru saya menjadi penyanyi, suatu hari malah menjadi pemusik,
atau petani. Suatu hari ke Jakarta, suatu hari ke Solo, atau bahkan ke Amerika.
Dan itu gratis! Hehe.
Inilah
yang akhirnya saya banggakan. Meski belum terlalu membanggakan. Yang jelas,
saya menjalaninya dengan senang. Semoga suatu saat novel saya bisa terbit mayor
(lagi), best seller, spektakuler dan difilmkan. Aamiin.
Saya
bangga dengan menulis, meski mungkin kau yang belum percaya kalau saya bisa
menulis.
Eh,
BCL apa kabar, ya?
0 komentar:
Posting Komentar