Pada masanya dulu, Kawali merupakan wilayah yang sangat penting bagi Kerajaan Sunda Galuh, yaitu sebuah kerajaan besar di Jawa Barat yang berdiri pada abad ke-7. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa Kawali pernah dijadikan sebagai pusat/ibu kota kerajaan. Bukti sejarah dapat dilihat dari Prasasti dan beberapa peninggalan lainnya yang hingga kini masih terjaga dengan baik di Situs Astana Gede Kawali.
Duluuuu banget, kalau tidak salah pas jamannya SMA, saya pernah ke sini. Sekedar ingin tahu saja. Tapi sayang, waktu itu kamera belum marak seperti sekarang yang hampir tiap orang memiliki, karena sudah include dengan alat komunikasi seluler yang bukan lagi merupakan barang tersier, jadi jangan heran, kalau saya tidak memiliki dokumentasinya. Meski begitu, penggalan kisah itu samar-samar masih terekam di otak saya, dan banyakan lupanya.
Tadi siang, sebenarnya tidak sengaja, saya berkunjung lagi ke sana. Dan woow... sedikit pangling saya dibuatnya. Ada beberapa perubahan yang terjadi, salah satunya pintu gerbang/lawang gada, yang secara bentuk dan desain memang sudah diganti. Kemudian ada sejenis pendopo/aula terbuka untuk reka pintonan/pertunjukan budaya atau kegiatan lainnya yang dibangun di luar area situs, warung-warung yang juga sudah dikelola dengan baik, dan lain-lain.
Namun, begitu masuk ke area situs, setelah melewati pintu gerbang, suasananya tidak berubah, tetap sejuk (dingin), tenang, hijau, rindang dan teduh seperti dulu. Aura sakral begitu kental, saya merasa seperti memasuki lorong waktu kembali ke masa lalu, dan bertemu dengan Sang Prabu Niskala Wastu Kancana. Lalu saya pun kembali menekuri satu per satu peninggalan sejarah yang terdapat di sana, yang meski sudah berumur ratusan tahun tetap tegap dan utuh. Ada enam prasasti, sebelas makam, dua buah buah menhir, batu panglinggih, dan Mata air Cikawali yang bisa kita telusuri kisah-kisahnya.
Sebagian besar prasasti yang berada di sini menceritakan tentang masa pemerintahan Prabu Niskala Wastu Kancana. Bagaimana keberhasilan beliau dalam memimpin dan menyejahterakan rakyatnya. Semua prasasti ditulis dalam bahasa dan aksara sunda (kaganga), namun bagi yang ingin mengetahui makna yang tersurat dalam prasasti tersebut, selalu ada keterangan/terjemahan terkait yang ditulis pada sebuah papan yang kemudian di gantung di dekat masing-masing prasasti.
Dan, seingat saya, kondisi prasasti masih baik, sama seperi dulu. Tulisannya pun masih terlihat jelas, dan bisa di baca (oleh yang bisa, tentunya).
Mudah-mudahan bisa terus dijaga dengan baik. Selain itu, kondisi hutan/lingkungan yang bersih memudahkan kita menyusuri jalan setapak yang menjadi satu-satunya jalur untuk menjangkau setiap situs yang ada. Siapkan saja fisiknya.
Oya, situs Astana Gede Kawali berada di kawasan hutan lindung yang terdiri dari berbagai macam pepohonan. So, kalau kita sedang beruntung, bisa melihat beberapa satwa yang tinggal di hutan tersebut. Selain prasasti dan makam, ada juga Cikawali, yaitu mata air (kolam) yang merupakan tempat mandi keluarga keraton.
Konon, kata Astana Gede didasarkan
pada kebanyakan peninggalan sejarah di sana, yaitu makam. Dalam bahasa
sunda, astana berarti makam, dan gede berarti besar. Bisa berarti karena
ada sebuah makam yang besar (gede) atau karena di komplek tersebut
banyak dimakamkan orang-orang besar (raja/keluarganya) yang dalam
bahasa sunda disebut gegeden.
Bagi pecinta jalan-jalan yang suka dengan situs sejarah, objek ini harus di kunjungi, dan rasakan sensasinya. Tidak sulit kok, hanya sekitar 21 km dari kota Ciamis ke arah utara (Kec. Kawali), terus saja, sampai ketemu petunjuk jalan/arah menuju ke Astana Gede, ikuti petunjuknya dan sampai. Kondisi jalan sudah bagus, bisa dilalui oleh bisa besar sekalipun. Tunggu apa lagi.....!.
(Riepe)
Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.
0 komentar:
Posting Komentar